Laut Sebagai Integritas Nasional

laut
Sepeti diketahui Indonesia merupakan kepulauan atau archipelago state. Kata archipelago sering diterjemahkan sabagai “kepulauan” yaitu berupa kumpulan pulau yang dipisahkan oleh permukaan air laut. Sesungguhnya ada perbedaan pengertian yang fundamental antara kepulauan dan archipelago. Kepulauan diartikan sebagai kumpulan pulau, sedangkan istilah archipelago berasal dari bahasa Latin “archipelagos” yang berasal dari kata archi yang berarti utama dan pelages yang berarti laut, sehingga memiliki arti “laut utama”. Konsep archipelago state yang dikembangkan Indonesia yang mengacu kepada makna kepulauan “harus diganti dengan konsep negara bahari”, yaitu negara laut yang memiliki banyak pulau.
Sebagai Negara bahari, Indonesia tidak hanya memiliki satu “laut utama” atau heartsea setidaknya ada tiga laut utama yang membentuk Indonesia sebagai sea system yaitu Laut Jawa, Laut Flores dan Laut Banda.
Dalam peta terlihat bahwa wilayah Indonesia terdiri dari kepulauan besar dan kecil yang jumlahnya belasan ribu. Banyak di antara pulau-pulau tersebut dipisahkan oleh selat dan laut yang jaraknya ratusan bahkan ribuan kilometer. Misalnya, jarak antara Pulau Sumatra dan Sulawesi, Maluku dan Papua, lebih dari 2000 km. Begitu juga jarak antara Kepulauan Nusa Tenggara di selatan dan Kepulauan Sangir Talaud di ujung paling utara lebih dari 2000 km. Pulau-pulau besar dan kecil tersebut dihuni oleh berbagai suku bangsa yang masing-masing memiliki keragaman etnis dan budaya.
Mengapa Islam yang berkembang di Indonesia menjadi faktor yang mempercepat proses integrasi bangsa Indonesia? Jawaban terhadap pertanyaan ter sebut dapat dilihat secara etis, kultural, historis, dan ideologis. Secara etis, ajaran Islam tidak mengakui adanya perbedaan golongan dalam masyarakat. Dapat dikatakan bahwa etika Islam bersifat demokratis karena agama Islam tidak mengenal strata sosial. Bagi penganut Islam, semua orang yang menganut Islam dianggap sebagai saudara dan memiliki kedudukan yang sama. Cara pandang seperti ini dipraktekkan oleh para pedagang Islam di seluruh Nusantara, dalam pergaulan di kota-kota pelabuhan Nusantara. Di kota-kota dagang pe nting Nusantara, seperti Malaka, Pasai, Banten, Cirebon, Tuban, Demak, Makassar, Ambon, dan lain-lain terjadi hubungan yang egaliter (berada dalam posisi yang sama). Misalnya, para pedagang yang berada di Malaka, Banten, dan lain-lain menganggap para pedagang Islam yang berasal dari berbagai daerah dan suku bangsa Indonesia sebagai saudara. Terjadilah keterikatan di
antara mereka dan perasaan sebagai saudara. Perbedaan-perbedaan latar belakang suku, adat-istiadat, bahasa, tradisi, dan lain-lain menjadi tidak begitu penting karena semuanya merasa berada dalam satu pandangan dan kedudukan yang sama. Mereka
merasa bersatu karena pandangan mereka yang sama tersebut.   
   
Kondisi geografis kepulauan Indonesia merupakan salah satu faktor yang paling sulit dalam membentuk kesatuan Nusantara. Kesulitan itu akan bertambah besar dengan keanekaragaman suku bangsa yang memiliki adat istiadat dan bahasa berbeda yang tinggal di pulau-pulau yang terpisah itu. Oleh karena itu, makna integrasi bagi bangsa Indonesia merupakan hal yang paling penting.
Istilah integrasi nasional berasal dari dua kata yaitu integrasi dan nasional. Istilah integrasi mempunyai arti pembauran/penyatuan sehingga menjadi kesatuan yang utuh / bulat. Istilah nasional mempunyai pengertian kebangsaan, bersifat bangsa sendiri,meliputi suatu bangsa seperti cita-cita nasional, tarian nasional,perusahaan nasional. Hal-hal yang menyangkut bangsa dapat berupa adat istiadat, suku, warna kulit, keturunan, agama, budaya,wilayah/daerah dan sebagainya. Sehubungan dengan penjelasan kedua istilah di atas maka integritas nasional identik dengan integritas bangsa yang mempunyai pengertian suatu proses penyatuan atau pembauran berbagai aspek  egara budaya ke dalam kesatuan wilayah dan pembentukan identitas nasional atau bangsa  yang harus dapat menjamin terwujudnya keselarasan, keserasian dan keseimbangan dalam mencapai tujuan bersama sebagai suatu bangsa.Integritas nasional sebagai suatu konsep dalam kaitan dengan wawasan kebangsaan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berlandaskan pada aliran pemikiran/paham integralistik.
Pengertian integrasi secara sederhana dapat diartikan sebagai pembawaan hingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat antara komponen-komponen dan lingkungan. Dalam suatu proses interaksi ketiga komponen saling berhubungan melalui proses asosiatif dan disosiatif. Proses asosiatif terjadi melalui akomodasi – kerjasama – koordinasi – asimilasi. Sedangkan proses disosiatif terjadi apabila di dalamnya terdapat persaingan dan pertentangan.

Setiap negara akan selalu menghadapi permasalahan integrasi nasional. Kondisi masyarakat, geografi dan bentuk negara merupakan negara-faktor yang membedakan setiap masalah integrasi nasional suatu negara. 
  1. Masalah-masalah yang dihadapi suatu negara dalam mewujudkan integrasi nasional diantaranya adalah: cara pandang yang berbeda tentang pola laku duniawi dan cara untuk mencapai tujuan.
  2. kondisi masyarakat majemuk, yang terdiri atas berbagai kelompok etnis baik di antara penduduk pribumi maupun keturunan asing.
  3. jarak antara wilayah cukup jauh.
    Menurut Kluckhohn dan Kelly, budaya merupakan semangat hidup. Budaya merupakan gagasan prima yang kita warisi melalui proses belajar untuk kemudian menjadi pedoman dalam berperilaku.
Perwujudan budaya nasional dapat kita lihat dalam cara berpakaian, berbahasa, perilaku, dan peralatan.
Ada 4 (empat) dimensi yang bisa memperkuat integritas nasional, yaitu sebagai berikut:
  1. Pengalaman sejarah yang sama dan dapat bertindak sebagai kekuatan yang kohesif.
  2. Pemilikan simbul-simbul social budaya yang dirasakan sebagai milik bersama yang dapat memberikan identitas bagi negara-bangsa yang juga membedakannya dengan negara-bangsa yang  lain.
  3. Bahwa interaksi diantara kelompok social yang berbeda  di dalam negara-bangsa jugan akan mendorong tercapainya integritas nasional, khususnya diantara kelompok social yang memiliki berbagai perbedaan sosio-kultural. Dalam hal ini segala jenis mobilitas dan komunikasi antar daerah, termasuk di dalamnya komunikasi lewat kemaritiman, menjadi sangat penting.
  4. Ketergantungan antar daerah dan keseimbangan regional di dalam kemajuan ekonomi juga merupakan fondasi integritas nasional. Dalam hubungan ini pertumbuhan perkembangan ekonomi yang secara geografis tidak seimbang akan mendorong ke  arah proses disintegritas.
Dalam konsep integrasi, laut-laut dan selat yang berada di wilayah Indonesia merupakan penyatu. Demikian pula keragaman suku-suku bangsa, budaya, dan bahasa yang secara alami telah mengalami proses evolusi sejak migrasi bangsa Austronesia ribuan tahun yang lalu. Terintegrasinya kepulauan yang tersebar di garis khatulistiwa dan memiliki keragaman budaya daerah, bahasa, dan bentuk fisik tersebut menuju kesatuan politis merupakan proses yang sulit dan panjang. Untuk itu diperlukan keinginan, tekad, dan upaya suku-suku bangsa yang tinggal di kepulauan tersebut.
Lautan bukan sebagai pemisah, justru mempersatukan pulau-pulau. Suatu kenyataan,  Indonesia merupakan satu kesatuan politik yang mengikat beribu pulau dan berates suku bangsa menunjukkan adanyan perkembangan sejarah dinamika factor hubungan antar pulau, antar suku bangsa dan antar bangsa. Iklim juga demikian, memainkan peran yang sangat pentingdalam proses integrasi nasional. Pada tatanan laut dengan segala bentuk transportasinya, mampu menjadi sarana hubungan utama. Melalui hubungan laut para penguasa pribumi dari berbagai daerah di Indonesia dapat melakukan hubungan baik dengan pihak luar.
Pelayaran dan perdagangan antar pulau di kawasan Nusantara memiliki peran penting dalam proses integrasi bangsa Indonesia. Peranan tersebut dapat dilihat pada tiga hal penting. Pertama, pelayaran dan perdagangan antarpulau telah menghubungkan penduduk satu pulau dengan lainnya. Kedua, melalui pelayaran dan perdagangan antar pulau terjadi proses percampuran dan penyebaran budaya satu daerah terhadap daerah lainnya. Ketiga, dengan pelayaran dan perdagangan antarpulau proses integrasi bangsa mengalami percepatan.
Dengan adanya pelayaran dan perdagangan antar pulau terjadilah hubungan antar penduduk satu pulau dan pulau lainnya. Penduduk di ujung Nusantara bagian timur bisa berhubungan dengan penduduk yang tinggal di ujung Nusantara bagian Barat. Penduduk yang tinggal di kota-kota pelabuhan pulau-pulau Nusantara sebelah selatan, seperti Jawa dan Nusa Tenggara bisa berhubungan dengan penduduk yang berada di kota-kota pelabuhan Nusantara bagian utara, seperti Aceh, Malaka, Makassar, dan lain-lain.
Dalam pelayaran dan perdagangan tersebut laut memegang peranan yang sangat penting. Laut digunakan sebagai jalan bebas hambatan yang bisa digunakan oleh penduduk setiap pulau. Dengan demikian, laut Nusantara dan selat-selat yang memisahkan pulau-pulau tersebut bukan merupakan pemisah atau pembatas penduduk yang tinggal di satu pulau dengan penduduk yang tingggal di pulau lainnya. Laut merupakan jalan penghubung sekaligus sebagai pemersatu penduduk yang tinggal di kepulauan Nusantara. Hubungan pelayaran dan perdagangan antarpulau yang sangat ramai pada abad ke15-16 sebenarnya telah dirintis sejak zaman prasejarah dan diteruskan oleh zaman kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu dan Buddha.

 Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah sebagai berikut:
  1. Pengertian integrasi secara sederhana dapat diartikan sebagai pembawaan hingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat antara komponen-komponen dan lingkungan
  2. Perwujudan budaya nasional dapat kita lihat dalam cara berpakaian, berbahasa, perilaku, dan peralatan.
  3. Budaya merupakan gagasan prima yang kita warisi melalui proses belajar untuk kemudian menjadi pedoman dalam berperilaku.
  4. Terintegrasinya kepulauan yang tersebar di garis khatulistiwa dan memiliki keragaman budaya daerah, bahasa, dan bentuk fisik tersebut menuju kesatuan politis merupakan proses yang sulit dan panjang
  5. Laut merupakan jalan penghubung sekaligus sebagai pemersatu penduduk yang tinggal di kepulauan Nusantara

Productivitas Primer Wilayah Pesisir

Produktivitas primer adalah jumlah karbon (C) yang dihasilkan oleh tumbuhan yang memiliki klorofil dalam satu kubik air per satuan waktu (misalnya, gC/m3/hari)
Wilayah pesisir memiliki produktivitas primer yang tinggi: karena wilayah ini memiliki berbagai sumber produktivitas primer, yaitu padang lamun, hutan bakau, fitoplankton, alge makro, alge bentik dan epifit, serta masukan dari daerah hulu
Di daerah lintang sedang, sumber ini masih ditambah lagi dengan rawa payau yang biasanya juga sangat tinggi produksi karbon-nya

Sumber produktivitas primer di ekosistem pesisir 

Sumber produktivitas primer di ekosistem pesisir
  1. rumput rawa payau 
  2. lamun 
  3. mangroves 
  4. produksi terestrial 
  5. alge makro 
  6. fitoplankton 
  7. alge bentik dan epifit

Untuk menghasilkan produksi ini, diperlukan energi
Di wilayah pesisir terdapat tiga sumber energi potensial yang dapat mendukung produksi yang tinggi tadi: sifat-fisik air laut (terutama gelombang, pasang, dan arus), cahaya matahari, serta bahan organik
Ketiganya dapat mempunyai pengaruh positif atau negatif terhadap ekosistem di pesisir.  Gelombang dengan energinya dapat merusak tumbuhan di pantai ataupun pantainya sendiri.  Keperluan ekosistem pesisir terhadap sumber energi tersebut disajikan dalam Tabel 1 (sebagian diambil dari Odum et al., 1974)

Tiga sumber utama energi potensial di ekosistem estuaria

Tiga sumber utama energi potensial di ekosistem estuaria

Wilayah pesisir dan sumber energi yang khas 

Wilayah pesisir dan sumber energi yang khas


TEKANAN ATAU GANGGUAN TERHADAP EKOSISTEM
Semua makhluk hidup, termasuk (terutama) manusia, selalu memiliki pengaruh terhadap ekosistem dimana mereka sebenarnya menjadi bagian dari sistem tersebut. 
Bagaimana atau dengan kegiatan apa saja manusia dapat merubah sistem ekologi di wilayah pesisir? 
Beberapa ekosistem akan rusak oleh kegiatan berikut ini:  clearing lahan untuk pertanian, pembakaran pohon/hutan, pembangunan dam (waduk), penggundulan hutan, pembangunan gedung, dan pengerasan tanah untuk jalan raya

Dalam kegiatan tersebut, hutan dibabat untuk bahan bangunan atau kayu bakar, estuaria dikeruk, ditimbun, atau dikurangi luasnya, sungai dibendung dijadikan waduk, hutan bakau dibabat untuk lahan tambak atau permukiman, dsb.
Kegiatan manusia yang merusak ekosistem tadi kelihatannya hanya berpengaruh pada ekosistem yang diganggu saja, tetapi kalau dilihat lebih lanjut kegiatan di satu ekosistem dapat berpengaruh pada ekosistem lain yang terkait
Dam (Bendungan)
Bendungan untuk mengatur banjir, tenaga listrik, dan untuk membagi air bagi konsumsi manusia dan pertanian akan merubah aliran alami.

KETERKAITAN ANTARA EKOSISTEM DI WILAYAH PESISIR
Antar ekosistem pesisir terdapat keterkaitan dikarenakan mereka saling berhubungan.  Hubungan atau keterkaitan tersebut terjadi lewat beberapa proses, misalnya badan air yang mengalir dari satu ekosistem ke ekosistem lainnya, adanya migrasi hewan dari satu ekosistem ke ekosistem lainnya, dan proses lain akibat ulah alam maupun manusia.

Keterkaitan antara ekosistem terestrial dengan ekosistem pesisir
Keterkaitan ini akan sangat mudah dimengerti kalau kita melihat interaksi antara ekosistem terestrial dan ekosistem pantai lewat aliran sungai; apapun yang terjadi di daerah hulu akan dialirkan ke daerah hilir lewat sungai
Pada masa dimana penggunaan pupuk fosfat dan nitrat di sawah sangat tinggi, beberapa persen dari pupuk tersebut terbawa oleh aliran air ke sungai dan selanjutnya ke daerah hilir

Masukan fosfat dan nitrat yang tinggi ke perairan pesisir ini dapat menyebabkan terjadinya yutrofikasi (penyuburan), dan beberapa jenis alga menggandakan diri dengan sangat cepat (blooming), akibatnya terjadi penghambatan sinar matahari ke kolom air di bawah permukaan.  Akibat selanjutnya adalah banyak organisme (alga, termasuk fitoplankton) yang mati, dan bangkainya akan diuraikan oleh bakteri. 
Untuk mengurai ini diperlukan oksigen, sehingga karena banyaknya organisme yang mati, perairan menjadi kekurangan oksigen yang berakibat turunnya kualitas air dan akhirnya mempengaruhi kehidupan organisme yang lain.

Keterkaitan antara ekosistem hutan bakau-padang lamun
Keterkaitan antara hutan bakau dengan padang lamun dapat lewat proses fisik, nutrien, migrasi hewan, dan dampak kegiatan manusia. 
Padang lamun meredam gerakan air dengan cara melemahkan energi gelombang dan menciptakan zone energi rendah yang cocok buat hutan bakau. 
Padang lamun juga menjebak, menstabilkan, dan menghasilkan sedimen, yang penting bagi hutan bakau karena dapat mencegah abrasi atau penenggelaman bagian-bagian bakau yang diperlukan untuk aerasi.  Sebaliknya, hutan bakau bertindak sebagai tempat sedimentasi dan pengikat sedimen yang efektif, membalas keuntungan yang didapat dari padang lamun.  Kemampuan bakau mengatur aliran air tawar di wilayah pesisir menahan/menyangga perubahan salinitas yang kalau tidak akan merugikan lamun.
Baik hutan bakau maupun padang lamun cenderung melepaskan atau mengekspor nutrien.  Penglepasan berkaitan positif dengan pasokan nutrien yang tinggi, sedangkan ekspor berkaitan dengan masukan nutrien yang rendah kepada ekosistem di dekatnya.  Penglepasan nutrien menjamin bahwa setiap sistem menerima nutrien yang cukup untuk pertumbuhan dan perkembangan.  Lagipula, burung-burung yang beristirahat di pohon bakau dan mencari makan di padang lamun akan membawa kembali nutrien ke hutan bakau dengan cara lewat kotoran yang dikeluarkan setelah kembali dari mencari makan di padang lamun.  Bahan organik (partikulat maupun terlarut) yang mengalir dari hutan bakau ke padang lamun dan sebaliknya, membantu mempertahankan perairan kedua habitat ini tetap kaya akan nutrien.
Perusakan hutan bakau akan menyebabkan aliran erosi daratan ke dalam padang lamun, menyebabkan penutupan (shading), dan yutrofikasi. 
Konsekuensi ini akan menurunkan produktivitas primer dan sekunder, terutama penurunan laju fotosintesis. 
Berkurangnya padang lamun membuat sedimen menjadi tidak stabil.  Hal ini kemudian menyebabkan sedimen terangkut oleh arus air atau badai ke daerah hutan bakau dan memperparah ekosistem yang telah mengalami gangguan, misalnya kerusakan daerah asuhan dan daerah mencari makan atau perubahan pola jaring-jaring makanan.

Keterkaitan antara terumbu karang , padang lamun dan bakau
Ketiga ekosistem pesisir ini tidak selalu dijumpai pada satu wilayah pesisir.  Kalau ketiganya dijumpai, maka terdapat keterkaitan antara ketiganya.  Misalnya, hutan bakau adalah penghasil detritus yang akan dibawa oleh arus ke padang lamun untuk dimanfaatkan oleh organisme di ekosistem tersebut. 
Selain itu, ekosistem bakau juga merupakan sumber bahan organik, dan nutrien yang oleh arus akan dibawa ke padang lamun.  Sebaliknya, padang lamun adalah sumber bahan organik dan nutrien yang akan dibawa ke ekosistem terumbu karang untuk kemudian dimanfaatkan oleh organisme penghuni terumbu karang.  Padang lamun juga mengikat sedimen sehingga tidak terbawa ke terumbu karang, yang kalau terjadi akan mengganggu kehidupan terumbu karang.  Terumbu karang sendiri, terutama di daerah tubir merupakan pemecah gelombang , menghempaskan energi gelombang di tubir karang sehingga secara fisik melindungi padang lamun dan hutan bakau.  Terumbu karang juga menyediakan berbagai macam habitat bagi organisme yang hidup di padang lamun ataupun hutan bakau
Di samping hal-hal yang disebutkan di atas, ketiga ekosistem tadi juga menjadi tempat migrasi atau sekedar berkelana dari organisme perairan hutan bakau ke padang lamun, kemudian ke terumbu karang atau sebaliknya.

Keterkaitan Ekosistem Di Dalam Wilayah Pesisir

estuari dan perairan pantai
  1. Wilayah pesisir merupakan wilayah perbatasan antara laut & daratan
  2. Dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi di laut maupun daratan
  3. Disebut dengan istilah ekoton, yaitu daerah transisi yang sangat tajam antara dua atau lebih komunitas (Odum, 1983)
  4. Penghuni ekoton umumnya organisme dari komunitas yang menjadipembatas, dan sebagai tambahan, organisme yang spesifik dan sering kali hanya hidup di ekoton tersebut
  5. Sering kali pula, baik jumlah spesies maupun kelimpahan beberapa spesies lebih besar di ekoton ketimbang di kedua komunitas yang mengapitnya

Ekoton
Ekiton terletak diatara ekosistem darat dan ekosistem laut, yang artinya wilaya ekoton ini tepat ditengah- tengah ekosistem darat dan laut, untuk lebih jelas bisa di lihat pada gambar di bawah ini:
Ekoton


Gambar di bawah adalah sketsa lintasan dominan dari air, sedimen halus, nutrien, dan plankton di estuaria, dan dampaknya terhadap kesehatan manusia (modifikasi dari Wolanski et al., 2004)

sketsa lintasan dominan dari air


  1. “Edge effect” : kecenderungan jumlah spesies maupun kelimpahannya lebih tinggi di ekoton
  2. “Edge species”: spesies yang spesifik di ekoto
  3. Wilayah pesisir daerah tropis tadinya dianggap sebagai daerah yang tidak berguna, karena memiliki nilai ekonomi yang rendah, bahkan sempat dianggap sebagai sumber penyakit malaria karena daerah ini biasa dipakai sebagai sarang nyamuk
  4. Pada pertengahan tahun 1960-an wilayah ini dianggap akan memiliki nilai kalau direklamasi menjadi daerah pertanian, perikanan, dsb.
  5. Sejak itu wilayah ini sering menjadi konflik atau benturan kepentingan, menjadi rebutan antara beberapa kepentingan seperti wilayah pesisir diperuntukkan sebagai tempat tinggal (permukiman), wilayah pesisir diperuntukkan sebagai lokasi industri, rekreasi, pembuangan sampah, dll.
  6. Hal yang terakhir ini akan menimbulkan masalah di dalam pengelolaan wilayah, karena tidak semua kepentingan tersebut berjalan searah saling mendukung, tetapi ada kegiatan yang sangat berlawanan dengan kegiatan lainnya.  Selain itu, di dalam wilayah ini terdapat beberapa ekosistem yang berbeda, yang memiliki ciri-ciri dan syarat-syarat tersendiri untuk dapat mempertahankan keberadaannya.  Meskipun masing-masing ekositem tersebut memiliki ciri-ciri sendiri, mereka tidak berdiri sendiri-sendiri, melainkan saling terkait satu dengan yang lainnya
colcoreous loess

PENGERTIAN DAN BATASAN
  • Tiga kata kunci: keterkaitan, ekosistem, dan wilayah pesisir
  • Ekosistem wilayah pesisir dibatasi hanya pada ekosistem hutan bakau, padang lamun, estuaria, terumbu karang, dan pulau kecil
  • Keterkaitan: hubungan satu-arah (sebab-akibat) atau dua arah (timbal-balik) antara ekosistem yang dimaksud
  • Pulau-pulau kecil: pulau kecil yang secara ekologis terpisah dari pulau induknya (mainland); dalam istilah ini bisa juga berarti kolam, danau, atau sekumpulan pohon
  • ”Pulau” ini akan mendapatkan tambahan spesies baru (imigrasi atau kolonisasi) dari pulau induk, dan sebaliknya; dalam waktu yang bersamaan akan kehilangan spesies yang ada (ekstinksi) karena kompetisi lalu punah atau pindah ke pulau lain
  • Penambahan dan pengurangan jumlah spesies ini akan berlangsung terus sampai akhirnya akan terjadi keseimbangan spesies, yang jumlahnya tergantung dari ukuran pulau dan jaraknya dari pulau induk.

Hydrothermal Vent

Hydrothermal Vents adalah retakkan di permukaan planet yang secara geothermal memanaskan perairan.Hydrothermal vents juga dapat ditemukan di dekat daerah yang aktif secara vukanis, area di mana lempeng tektonik akan bergerak.
Di daratan, Hydrothermal vents dapat mata air panas, berupa fumarol, dan geyser. Di bawah laut, Hydrothermal vents biasanya  disebut sebagai Black Smokers.

Kandungan Di Dalam Hidrothermal Vents
  1. Ada beberapa Hydrothermal Vents yang mengandung timbunan mineral anhidrat.
  2. Tembaga sulfida, seng sulfida,  dan besi sulfida.Tingginya kandungan mineral di sekitar daerah Hydrothermal Vents menyebabkan berbagai eksploitasi di sekitarnya oleh berbagai perusahaan tambang.
  3. Di sebagian besar laut dalam, area sekitar Hydrothermal vents secara biologis sangatlah subur bagi kehidupan sekitarnya dan menjadi tuan rumah bagi berbagai makhluk hidup yang memanfaatkan bahan kimia terlarut dari lubang Hydrothermal Vents
Sirkulasi hidrotermal vents
  1. Siklus hidrotermal adalah sirkulasi air panas akibat adanya intrusi magma ke bagian kulit bumi sehingga membuat air yang berada di sekitarnya menjadi panas. Hal ini biasa terjadi di daerah dekat dengan gunung di dalam laut yang masih aktif, akan tetapi dapat juga terjadi di lapisan kerak samudera dan kerak benua (Sandro, 2008)
  2. Sirkulasi hidrotermal di lautan adalah tenggelamnya air laut yang dingin padat ke dasar laut dan dipanaskan di kedalaman  dasar laut itu lalu naik kembali ke antarmuka air-laut karena densitasnya lebih rendah.

Hubungan Hydrothermal Vents dengan Biota - Biota Laut

  1. Makhluk hidup di daerah laut dalam sngat bergantung pada matahari untuk mendapat oksigen namun karna adanya hidroteermal vents makhluk hidup seperti ikan tidak bergantungan pada cahaya matahari.
  2. Hydrothermal Vents mengandung banyak mineral terlarut dan mendukung populasi besar bakteri kemoautotrofik. Dimana bakteri ini hanya mengandalkan komponen - komponen sulfur, hidrogen sulfida, bahan kimia yang bersifat sangat beracun bagi sebagian besar makhluk hidup, dan untuk membentuk material organik melalui proses kemosintesis. 
  3. Mensupport bahan makanan.
  4. Penghubung antara laut dalam dan permukaan.

Biota-biota hidrotermal vents
  1. kepadatan makhluk hidup dasar laut di sekitar zona Hydrothermal Vents sangat tinggi sekalai, sekitar 10,000 hingga 100,000 lebih tinggi dari perkiraan awal atau sebelumnya.
  2. Komunitas Hydrothermal Vents juga mampu mempertahankan kehidupan yang sangat besar itu karena mereka bergantung pada bakteri kemosintesis sebagai makanan
  3. Cacing tabung adalah bagian penting bagi komunitas Hydrothermal Vents.

Contoh biota hidrotermal
  1. Cacing tabung dan kerang

    Cacing tabung dan kerang
    • Cacing tabung bersimbiosis dengan bakteri kemosintesis di dalam jaringan tubuhnya. Cacing tabung tidak mempunyai  saluran pencernaan dan, mulut ia hanya menyerap secara langsung nutrisi kimia dari perairan sekitarnya untuk memberi makan bakteri yang hidup di dalam jaringannya.

  2. Alviniconcha sp. ( Hydrothermal Vent Snail )

    Alviniconcha sp. ( Hydrothermal Vent Snail )
    • Siput Hydrothermal, itu lah nama yang diberikan kepada salah satu spesies siput ini karena pertama kali ditemukan dalam saluran hydrothermal di Tokyo Hydrothermal Vent, namun anehnya hanya satu ekor spesimen saja yang berhasil ditemukan.
  3. Anemon laut dan teritip
    Anemon laut dan teritip
    • Anemon laut dan teritip berkembang sempurna dalam daerah hydrothermal vent, hal ini menggambar energi kimia dalam hydrothermal vent sangat tinggi.
  4. Octopus garden

    Octopus garden
    • Spesies ini banyak ditemukan di hydrothermal vents di Pasifik, Atlantik dan lautan India.

Ekosistem Estuari

1. Lingkungan Hidup Estuar
a. Apakah ekosistem estuari?

ekosistem estuaria
Lingkungan hidup di estuari ditandai oleh adanya perubahan campuran air asin dan air tawar yang terjadi secara terus-menerus, serta adanya dominasi lumpur halus dari laut dan sungai yang dibawa masuk ke estuari. Lumpur itu kemudian tertimbun di estuari sebagai paparan lumpur yang luas.
Estuari merupakan bagian dari perairan pantai yang penting bagi kehidupan manusia, baik sebagai pintu keluar-masuk perahuperahu nelayan, sebagai tempat hidup berbagai jenis burung dan avertebrata lainnya, atau sebagai sumber perikanan setempat. Campuran air asin dan air tawar itu merupakan masalah hidup hewan-hewan tertentu. Paparan lumpur merupakan substrat yang kaya makanan, tetapi sedikit oksigen atau bahkan anoksik (tidak ada oksigen bebas).

a. Kadar garam
Kadar garam di estuari berkisar antara 0,5-35‰ (per mil=satu per seribu) dan Umumnya dinyatakan sebagai air payau. Garam-garam ini terutama ion-ion Na+ dan Cl- ditambah dengan potasium, kalsium, magnesium, dan ion sulfat, ditambah lagi ion-ion lain dalam jumlah yang sangat kecil. Kadar garam di laut dan di air tawar stabil, sedangkan kadar garam di estuari sangat bervariasi. Menurut pola sebaran kadar garam di estuari, ada tiga tipe estuari, yaitu estuari positif, estuari negatif, dan estuari netral.Pada estuari positif, penguapan air dari permukaan lebih kecil dari volume air tawar yang masuk dari sungai ke estuari.
  • Pada estuari positif ini, air tawar mengalir di atas air laut yang telah masuk dari laut ke estuari, dan lambat-laun air bercampur secara vertikal dari dasar ke atas. Tipe estuari ini sangat khas di bagian dunia yang beriklim sedang.
  • Pada estuari      tipe negatif, situasi yang berlawanan terjadi. Penguapan dari permukaan melebihi volume air tawar yang masuk ke estuari. Estuari tipe ini selain banyak terdapat di daerah tropik seperti di Indonesia, juga dapat terjadi di mana saja dengan air sungai yang sangat kecil.
  • Pada estuari tipe netral, penguapan yang terjadi dari permukaan sama dengan volume air tawar yang masuk dari sungai. Akan tetapi, kejadian ini jarang terjadi.
b. Lumpur estuari
Endapan lumpur di lingkungan estuary berasal dari laut, sungai, atau curahan air hujan di daratan sekitar estuari. Bersama dengan endapan itu, terangkut pula partikelpartikel organik dari ekskresi hewan atau tumbuhan yang mati atau busuk. Pada saat larutan dan senyawa organik itu masuk ke estuari dari laut dan sungai, senyawa organik itu tinggal sebagai timbunan dan tergabung di dalam ekosistem estuari bersama dengan senyawa anorganik yang halus.

c. Senyawa organik terlarut
Di dalam semua ekosistem perairan, senyawa organik biasanya dikelompokkan menjadi dua fraksi yang dapat diukur dengan menyaring melalui saringan dengan diameter pori rata-rata berukuran 0,5 μm. Bagian yang lewat saringan disebut senyawa organik terlarut (DOM) walaupun itu akan mengandung bahan partikel yang sangat halus ditambah senyawa yang betul-betul terlarut. Fraksi yang tinggal di saringan disebut partikel senyawa organik (POM). Konsentrasi dari DOM dan POM sebagai karbon organik di perairan estuari berada di antara laut dan sungai.

3. Rantai makanan di estuari
Rantai makanan di estuari tergantung pada pasokan energi dari sinar matahari dan transportasi senyawa organik ke dalam estuari dari sungai dan dari arus pasang surut air laut. Di dalam estuari, tumbuhan atau produsen primer mengubah pasokan itu menjadi senyawa organik tumbuhan. Tumbuhan itu kemudian dimakan oleh hewan pemakan tumbuhan (herbivor) atau konsumen pertama, yang seterusnya konsumen pertama itu dimakan oleh karnivor atau konsumen kedua, dan seterusnya sampai ke konsumen tingkat akhir.
Setiap tingkat dalam rantai makanan disebut dengan tingkat trofik, produsen adalah trofik tingkat pertama.
a. Produsen primer di estuari
Di dalam ekosistem estuari dapat dijumpai berbagai jenis produsen primer. Pada paparan pasir atau lumpur, dapat dijumpai lamun (Enhalus acoroides) yang merupakan tumbuhan berbunga, dan beberapa jenis algae, antara lain algae berfilamen seperti Enteromorpha sp., dan Padina sp. Di dalam kolom air estuari dijumpai fitoplankton, seperti diatom atau dinoflagellata.
Produktivitas primer jenis-jenis tumbuhan tersebut sudah tentu tergantung pada sinar matahari dan suhu, serta juga dipengaruhi oleh adanya nutrisi, terutama nitrogen dan fosfat. Begitu tingginya tingkat produktivitas primer di estuari disbanding dengan di laut ini terutama disebabkan oleh tingginya tingkat nutrisi di estuari. Nutrisi ini sangat banyak terdapat di perairan estuari, baik yang datang dari laut, sungai, atau daratan di sekitar estuari. Di dalam estuari, nutrisi itu digunakan oleh tumbuhan. Tumbuhan yang mati kemudian didaur ulang oleh bakteri pembusuk atau decomposer menjadi nutrisi kembali untuk dimanfaatkan lagi oleh tumbuhan.

Tentang peran produsen primer di dalam ekosistem estuari ini, detritus juga memegang peranan penting. Detritus yang terdiri dari sisa–sisa pembusukan tumbuhan produsen primer dan mikroba, mempunyai peran penting dalam menjaga kestabilan ekosistem estuari. Keberadaan detritus menjamin suplai makanan sepanjang tahun dan diabsorbsinya kembali nutrisi yang telah larut.

b. Konsumen primer (herbivor dan detritivor)
Estuari kaya akan sumber makanan bagi konsumen primer dari rantai makanan. Sumber makanan utama diperoleh dari besarnya jumlah detritus yang melimpah di dalam kolom air dan di dasar estuari.
Sebagian besar hewan konsumen primer terdapat di dasar estuari, seperti teritip (Krustasea, Cirripedia), kerang dan keong (Bivalvia dan Gastropoda) yang berada di permukaan dasar estuari, ataupun hewan lainnya yang hidup di dalam lumpur, seperti cacing.
Zooplankton biasanya berada di kolom air. Akan tetapi, adanya arus pasang surut dan aliran sungai yang masuk ke estuari ditambah lagi dengan keterbatasan yang ditimbulkan dari kekeruhan, membuat zooplankton mempunyai peran kecil dalam rantai makanan estuari dibanding dengan perannya di laut. Makanan zooplankton dan bentos kebanyakan berada dalam bentuk partikel organik halus, apakah itu berupa fitoplankton hidup atau macam-macam fragmen hasil pembusukan yang menjadi detritus.

1. Bentos yang hidup di estuari

Bentos dalam estuari dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
a. Yang hidup di permukaan lumpur
Contoh: Perna viridis (kerang hijau) dan siput Strombus sp
Perna viridis (kerang hijau)
Strombus adalah karnivorus (pemakan jenis siput yang lebih kecil) di permukaan paparan lumpur estuari, hidupnya merayap,sedangkan kerang hijau, Perna viridis, hidup menempel di permukaan dan mendapatkan makanannya dengan jalan menyaring partikel-partikel organik yang ada dalam kolom air dan terbawa oleh arus.
b. Yang hidup di dalam lumpur
Contoh: cacing Marphysa sp. dan Branchimaldane sp.

cacing Marphysa sp
Cacing ini memakan benda-benda organik (detritus), diatom yang terdapat di dasar, atau benda organik yang tersuspensi pada waktu air pasang dan surut Cacing Marphysa terutama terdapat di dasar perairan dengan sedimen tidak lebih kecil dari 80 ųm. Biomassa cacing ini tergantung dari banyak sedikitnya senyawa organik di dalam lumpur.

2. Krustasea

Krustasea
Berbagai macam jenis krustasea ditemukan dalam habitat estuari mulai dari yang besar sampai yang kecil. Komponen utama dari krustasea yang hidup di estuari adalah amfipod (Amphipoda) yang hidup di dalam lumpur dekat permukaan. Amfipod membuat liang yang khas berbentuk U. Binatang ini memakan berbagai detritus organik dan keluar dari liang untuk mencari fragmen detritus di sekitarnya. Selain Amphipoda, krustasea lain yang biasa ditemukan adalah kelompok kepiting (Brachyura), kelomang (Anomura), dan udang-udangan (Macrura)

3. Meiofauna

Meiofauna
Meiofauna adalah hewan bentik bersel banyak (multiseluler) yang mempunyai ukuran tubuh antara 32ųm-1000ųm. Mereka hidup di antara rongga-rongga butiran pasir sehingga tidak pernah membuat liang. Seluruh siklus hidupnya tidak pernah mengalami fase planktonik sehingga fase larva juga hanya terjadi di lingkungan bentik. Keberadaan meiofauna dapat dijumpai di perairan pasang surut sampai dengan dasar perairan laut dalam. Termasuk meiofauna adalah hewan yang dapat melewati lubang saringan berukuran 0.5 mm. Sebagai contoh adalah Copepoda Harpacticoida yang hidup di dasar perairan.

c. Konsumer sekunder
1. Ikan

ikan
Berbagai jenis ikan ditemukan di perairan estuari. Ikan-ikan ini ada yang menetap, ada yang datang untuk mencari makan dan bertumbuh besar, atau untuk bertelur. Ikan-ikan ini memakan biota yang lebih kecil (pemangsa), memakan tumbuhan (herbivor), atau menyaring busukan organik (detritus) dengan cara memasukkan lumpur ke dalam mulutnya lalu memuntahkannya kembali setelah menyaring fragmen-fragmen organiknya seperti yang dilakukan oleh ikan-ikan Belanak (Mugilidae)

2. Avertebrata
Berbagai jenis hewan avertebrata ditemukan menghuni perairan estuari. Sebagaimana halnya dengan ikan, avertebrata yang ditemukan di perairan estuari sebagian merupakan penghuni tetap, sebagian lagi datang untuk mencari makan, membesar, atau bertelur. Salah satu contoh adalah udang satang (Macrobrachium sp.) yang datang ke perairan estuari dari hulu untuk bertelur. Avertebrata lainnya adalah larva udang penaeid yang bergerak dari laut menuju perairan estuaria untuk membesar
udang satang (Macrobrachium sp.) 

3. Burung
Burung-burung laut yang datang mencari makan di perairan estuari sebagian adalah burung bermigrasi. Burung bermigrasi ini mengunjungi perairan estuari tropik selama musim dingin di tempat mereka tinggal untuk bertelur.
Burung-burung laut 
Jumlah hewan dan tumbuhan yang hidup di estuari lebih kecil dari yang hidup di laut atau di air tawar. Berkurangnya jumlah jenis hewan dan tumbuhan itu dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu kadar garam dan substrat. Perbedaan yang terjadi ditunjukkan dengan berkurangnya keanekaragaman jenis, tetapi jumlah individu tiap jenis itu dapat sangat banyak.
Ekosistem Estuari, khususnya di paparan lumpur yang luas dapat dikembangkan untuk dijadikan tambak ikan atau udang.

Fungsi ekologis estuaria :
  • Sebagai sumber zat hara dan bahan organic yang diangkut lewat sirkulasi pasang surut.
  • Penyedia habitat bagi sejumlah spesies hewan yang bergantung pada estuaria sebagai tempat berlindung dan tempat mencari makanan.
  • Sebagai tempat untuk berreproduksi dan/atau tumbuh besar terutama bagi sejumlah spesies ikan dan udang.
  • Pemanfaatan wilayah estuaria sebagai tempat permukiman, penangkapan dan budidaya sumber daya ikan, transportasi, dan pelabuhan maupun kawasan industri.
  • Sebagai tempat pemukiman.
  • Penangkapan dan budidaya sumber ikan.
  • Sebagai Jalur transportasi.
  • Sebagai pelabuhan dan kawasan industri

Jurnal Transisi Edisi Volume 6 No 2 Tahun 2010



Jurnal Transisi diterbitkan oleh Institutte Strengthening Transition Society Studies (In-Trans Institute), yaitu lembaga non profit, non partisan dan idependen yang mempunyai fokus pada penguatan demokrasi di tingkat lokal guna terwujudnya tatanan masyarakat yang berkualitas dan memiliki kesadaran kritis menuju perubahan sosial yang berkeadilan melalui riset dan analisis pelaksanaan kebijakan pembangunan di daerah dan melakukan peningkatan kapasitas sosial bagi masyarakat serta melakukan publikasi hasil riset dan pengalaman lapangan.
Dalam edisi ini, saya diminta untuk menulis tentang kebijakan ekonomi kelautan dan perikanan. Judul tulisan saya dalam edisi khusus kelautan ini adalah "Redesain Kebijakan Ekonomi Kelautan dan Perikanan untuk Kesejahteraan Rakyat dan Kelestarian sumberdaya".